BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang dan Identifikasi Masalah
a. Kondisi
ideal
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mengamanatkan agar guru dapat mengembangkan keprofesiannya
secara berkelanjutan. Diharapkan semua guru dapat profesional dan memiliki kinerja yang sesuai dengan standar
sehingga dapat memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta
didik.
Di era globalisasi banyak terjadi
perubahan dalam kehidupan masyarakat di daerah , peranan guru (pendidik) dalam
menghadapi perubahan masyarakat global hampir dalam semua dimensi kehidupan
menjadi sangat penting.
|
Pengetahuan tentang potensi SDA dan
pengelolaan yang berwawasan lingkungan di era globalisasi dapat dibentuk
melalui pendekatan proses pembelajaran yang bermutu. Proses pembelajaran yang
bermutu dapat dilaksanakan oleh guru yang profesional.
Guru profesional idealnya dapat memecahkan berbagai masalah
proses pembelajaran, guru harus dapat meningkatkan kompetensi dan keprofesiannya.
Pengetahuan dan ketrampilan di bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi harus
dimiliki oleh guru.
b. Kondisi
Real
Peran
guru di daerah sangat penting dalam menyikapi perkembangan zaman globalisasi yang
sangat pesat. Guru senantiasa harus selalu meningkatkan kompetensi dan
profesionalismenya dalam mendidik, mengajar dan melatih peserta didik.
Telah tujuh tahun lebih Permendiknas No.41
tahun 2007 dilaksanakan, tetapi di rasa masih perlu peningkatan dalam
pelaksanaannya. Dalam hal ini kinerja guru harus sesuai standar. Termasuk peningkatan kompetensi di bidang teknologi,
informasi dan komunikasi.
Peningkatan
kompetensi di bidang teknologi, informasi dan komunikasi yang dirasakan begitu sulit
dimungkinkan karena kurangnya pembinaan dan pelatihan.
|
B.
TUJUAN
Makalah
ini diharapkan bertujuan untuk :
a. Memberi
motivasi pada guru dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya
di bidang teknologi, informasi dan komunikasi.
b. Sebagai
wahana sharing informasi kemajuan pendidikan.
c. Memfasilitasi
guru dalam upaya meningkatkan kreatifitas dalam pembelajaran yang berbasis teknologi,
informasi dan komunikasi.
C.
SASARAN
a. Guru
Sasaran penulisan makalah ini adalah
guru-guru di wilayah Kabupaten Indramayu.
Guru diharapkan mampu dan
terbiasa dalam melaksanakan PAKEM, serta memberkembangkan iklim kolegitas dan
kolaboratif dalam meningkatkan kompetensi TIK dan profesionalismenya.
D.
HASIL
YANG DIHARAPKAN
Makalah ini diharapkan dapat mewujudkan
, hal-hal sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam penyusunan dan
pengembangan perencanaan pembelajaran (Silabus dan RPP) berbasis teknologi,
informasi dan komunikasi.
2. Sebagai wahana diskusi bagi guru untuk
mengembangkan model pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang dan memotivasi di sekolah masing-masing yang berbasis pada teknologi,
informasi dan komunikasi.
3. Meningkatkan Kemampuan dan ketrampilan guru dalam pembuatan bahan
ajar berbasis teknologi, informasi dan komunikasi.
4. Guru mampu mengembangkan penilaian
pembelajaran berbasis TIK untuk
diterapkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
5. Guru menerapkan temuan-temuan model pembelajaran yang
inovatif di sekolah masing-masing
yang berbasis pada TIK.
E.
DAMPAK
Makalah ini diharapkan memperoleh beberapa dampak
manfaat antara lain adalah memberikan pembekalan berupa
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai kepada guru dalam rangka upaya peningkatan kompetensi TIK
dan keprofesionalan sesuai dengan tugas, pokok dan
fungsinya. Setelah membaca makalah ini, diharapkan dapat memberikan dampak
manfaat yang lebih dirinci antara lain sebagai berikut :
a.
Menyusun
dan mengembangkan KTSP mata pelajaran yang berbasis TIK.
b. Menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran yang
mengaitkan TIK dengankebutuhan lokal sehingga bermanfaat bagi peserta didik di
lingkungannya.
c. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar berbasis
TIK yang sesuai dengan prinsip-
prinsip pembelajaran kontekstual dengan kehidupan sehari-hari dilingkungan,
serta terlaksananya proses belajar-mengajar yang menyenangkan.
d.
Mampu
memilih dan menetukan metode dan media pembelajaran yang tepat agar proses
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Profesionalisme
Guru
Istilah profesionalisme guru menurut Sudrajat (2013) tentu
bukan sesuatu yang asing dalam dunia pendidikan. Secara sederhana, profesional
berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah
orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara
konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru
yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa
karakteristik profesionalisme guru. Rebore (1991) yang dikutip oleh Sudrajat
(2013) mengemukakan enam karakteristik
profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan
tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru,
orang tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara
terus menerus, (4) mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5) mengarahkan, menekan
dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.
Sementara itu, Glickman (1981) yang dikutip oleh Sudrajat
(2013) memberikan ciri profesionalisme
guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction)
dan komitmen (commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat
berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap,
mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam
tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas.
Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa
penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) yang dikutip oleh Sudrajat
(2013) mengemukakan bahwa
profesionalisme guru dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam
melaksanakan tugas, dan selalu mengembangkan diri (growth). Glatthorm
(1990) yang dikutip oleh Sudrajat (2013)
mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping
kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen
dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa
dilepaskan dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis
besarnya, kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian,
yaitu: (1) pengembangan intensif (intensive development), (2)
pengembangan kooperatif (cooperative development), dan (3)
pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991
dalam Sudrajat (2013).
Pengembangan intensif (intensive development)
adalah bentuk pengembangan yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan
secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui
langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai
dengan evaluasi dan pertemuan balikan atau refleksi. Teknik pengembangan yang
digunakan antara lain melalui pelatihan, penataran, kursus, loka karya, dan
sejenisnya.
Pengembangan kooperatif (cooperative development)
adalah suatu bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan
teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan,
saran, nasehat, atau bantuan teman sejawat. Teknik pengembangan yang digunakan
bisa melalui pertemuan KKG atau MGMP/MGBK. Teknik ini disebut juga dengan
istilah peer supervision atau collaborative supervision.
Pengembangan mandiri (self directed development)
adalah bentuk pengembangan yang dilakukan melalui pengembangan diri sendiri.
Bentuk ini memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk
merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan menganalisis balikan untuk
pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan bisa melalui evaluasi diri (self
evaluation) atau penelitian tindakan (action research).
B.
Proses
Pembelajaran
Pengertian
proses pembelajaran yang ditulis dalam www. koffieenco.blogspot.com
yaitu suatu
proses interaksi antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan. Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar
supaya bisa terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran serta tabiat, pembentukan sikap dan kepercayaan pada murid. Dapat
dikatakan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu murid supaya bisa
belajar secara baik.
Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran, meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks pendidikan, seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek kognitif, serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan ketrampilan atau aspek psikomotor seseorang..murid.
Pengajaran mempunyai kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak saja, yaitu pekerjaan guru. Pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan murid. Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang telah yaitu unsur material, manusiawi, perlengkapan, fasilitas, perlengkapan serta prosedur yang saling berpengaruh untuk memperoleh tujuan pembelajaran, yaitu manusia yang terlibat didalam sebuah sistem pengajaran yang terdiri dari guru, murid dan tenaga yang lain. Materinya meliputi buku-buku, papan tulis dan lain sebagainya. Fasilitas serta perlengkapan terdiri atas ruang kelas dan audiovisual. Prosedur pengajaran meliputi jadwal beserta metode penyampaian informasi, belajar, ujian dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan pada perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri murid. Perubahan itu bersifat positif yang berarti berorientasi ke arah yang lebih baik. Dalam pengertian proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase yaitu fase informasi lalu fase transformasi dan terakhir fase evaluasi.
Dimana setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi. Ada informasi yang menambah pengetahuan yang sudah dimiliki, ada informasi yang memperhalus dan memperdalamnya, ada juga informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya.
Sebuah informasi harus dilakukan analisis, diubah atau ditransformasi ke dalam suatu bentuk yang lebih abstrak atau konseptual supaya bisa dipakai untuk hal yang lebih luas. Untuk itu bantuan guru sangat dibutuhkan. Kemudian semua itu dinilai sampai sejauh mana pengetahuan yang didapat dan tranformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala lain (www.koffieenco.blogspot.com)
Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran, meskipun memiliki konotasi yang tidak sama. Pada konteks pendidikan, seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga memperoleh sesuatu obyektif yang ditentukan atau aspek kognitif, serta bisa mempengaruhi perubahan sikap atau aspek afektif, dan ketrampilan atau aspek psikomotor seseorang..murid.
Pengajaran mempunyai kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak saja, yaitu pekerjaan guru. Pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan murid. Menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang telah yaitu unsur material, manusiawi, perlengkapan, fasilitas, perlengkapan serta prosedur yang saling berpengaruh untuk memperoleh tujuan pembelajaran, yaitu manusia yang terlibat didalam sebuah sistem pengajaran yang terdiri dari guru, murid dan tenaga yang lain. Materinya meliputi buku-buku, papan tulis dan lain sebagainya. Fasilitas serta perlengkapan terdiri atas ruang kelas dan audiovisual. Prosedur pengajaran meliputi jadwal beserta metode penyampaian informasi, belajar, ujian dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan pada perilaku kognitif, perilaku afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri murid. Perubahan itu bersifat positif yang berarti berorientasi ke arah yang lebih baik. Dalam pengertian proses belajar dapat dibedakan atas tiga fase yaitu fase informasi lalu fase transformasi dan terakhir fase evaluasi.
Dimana setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi. Ada informasi yang menambah pengetahuan yang sudah dimiliki, ada informasi yang memperhalus dan memperdalamnya, ada juga informasi yang bertentangan dengan apa yang sudah diketahui sebelumnya.
Sebuah informasi harus dilakukan analisis, diubah atau ditransformasi ke dalam suatu bentuk yang lebih abstrak atau konseptual supaya bisa dipakai untuk hal yang lebih luas. Untuk itu bantuan guru sangat dibutuhkan. Kemudian semua itu dinilai sampai sejauh mana pengetahuan yang didapat dan tranformasi itu bisa dimanfaatkan untuk memahami gejala lain (www.koffieenco.blogspot.com)
C.
Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
Menurut Silviana (2013) Istilah Teknologi
Informasi Dan Komunikasi sudah
sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam dunia kegiatan
pembelajaran.Bahkan ada sebagian orang yang agak berlebihan pemahamannya, yaitu
yang mengidentikkan TIK itu dengan komputer atau internet saja.Akibatnya,
setiap ada pembicaraan mengenai TIK, maka yang terlintas di dalam pemikiran
yang bersangkutan adalah komputer atau internet.
Menurut Puskur Diknas
Indonesia, Teknologi Informasi
Dan Komunikasi mencakup dua
aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.
· Teknologi Informasi adalah
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat
bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi.
· Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya.
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi adalah
suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan
transfer/pemindahan informasi antar media.
Penerapannya di lingkungan
pendidikan/pembelajaran dapatlah dikatakan bahwa TIK mencakup perangkat keras,
perangkat lunak, kandungan isi dan infrastruktur yang fungsinya berkaitan
dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan,
penyebaran, dan penyajian informasi.
Pemahaman mengenai TIK tidak
lagi hanya sebatas pada hal-hal yang canggih (sophisticated), seperti komputer
dan internet, tetapi juga mencakup yang konvensional, seperti bahan cetakan,
kaset audio, Overhead Transparancy (OHT)/Overhead Projector (OHP), bingkai
suara (sound slides), radio, dan TV.
Untuk mengetahui pengertian
teknologi informasi terlebih
dahulu kita harus mengerti pengertian dari teknologi dan informasi itu sendiri.
Berikut ini pengertian teknologi dan informasi :
Teknologi adalah
pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong
manusia menyelesaikan masalahnya
Informasi adalah
hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok data
yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya
1.
Teknologi
Informasi adalah studi atau peralatan elektronika, terutama komputer, untuk
menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk
kata-kata, bilangan, dan gambar (kamus
Oxford, 1995)
1.
Teknologi Informasi adalah seperangkat alat
yang membantu anda bekerja dengan informasi dan melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag
& Keen, 1996)
2.
Teknologi Informasi tidak hanya terbatas
pada teknologi komputer (software & hardware) yang digunakan untuk
memproses atau menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi
komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin,
1999)
3.
Teknologi Informasi adalah segala bentuk
teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam
bentuk elektronis (Lucas,
2000)
4.
Teknologi Informasi adalah teknologi yang
menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi
yang membawa data, suara, dan video (William
& Sawyer, 2003)
Secara implisit dan eksplisit IT tidak sekedar berupa teknologi
komputer, tetapi juga mencakup teknologi komunikasi.Dengan kata lain, yang
disebut Teknologi Informasi adalah gabungan antara Teknologi Komputer dan
Teknologi Telekomunikasi
Teknologi Informasi adalah
suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang
digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan (http://deviselviana3.blogspot.com)
D.
Peran TIK dalam
Pembelajaran
Menurut Rahadi (2008) Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam
proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001) yang ditulis Rahadi (2008), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Menurut Rosenberg (2001) yang ditulis Rahadi (2008), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
1. dari pelatihan ke penampilan,
2. dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
3. dari kertas ke “on line” atau saluran,
4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
5. dari waktu siklus ke waktu nyata.
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan
media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap
muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat
memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula
siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber
melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching”
atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan
internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu
model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi
khususnya internet.e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet
dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga
kriteria yaitu:
1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar,
3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka
antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses
pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
1. komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
2. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
3. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
permainan, musik, dan TV,
4. alat-alat musik,
5. alat olah raga, dan
6. bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah
dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan,
menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk
membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi siswa dan guru, dan
1. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar,
3. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
balik paradigma pembelajaran tradisional.
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan
proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka
antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan
jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses
pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
1. komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan
materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau
didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
2. Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode
sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
3. Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet,
permainan, musik, dan TV,
4. alat-alat musik,
5. alat olah raga, dan
6. bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah
dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan
peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan,
menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki
kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk
membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu:
1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi siswa dan guru, dan
3. guru harus memilikio pengetahuan
dan ketrampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencaqpai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran
pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang),
proses pembelajaran dipandang sebagai:
1. sesuatu yang sulit dan berat,
2. upaya mengisi kekurangan siswa,
3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,
4. proses individual atau soliter,
5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
satuan-satuan kecil dan terisolasi,
6. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan
mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
1. proses alami,
2. proses sosial,
3. proses aktif dan pasif,
4. proses linear dan atau tidak linear,
5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
kulktur siswa,
7. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan
pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar
mencaqpai standar akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran
pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang),
proses pembelajaran dipandang sebagai:
1. sesuatu yang sulit dan berat,
2. upaya mengisi kekurangan siswa,
3. satu proses transfer dan penerimaan informasi,
4. proses individual atau soliter,
5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
satuan-satuan kecil dan terisolasi,
6. suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan
mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
1. proses alami,
2. proses sosial,
3. proses aktif dan pasif,
4. proses linear dan atau tidak linear,
5. proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6. aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan
kulktur siswa,
7. aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan
pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan
siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari:
1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
2. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,
menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung
jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:
1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,
2. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
berbagai pengetahuan,
3. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
1. sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran,
pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
2. dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,
menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung
jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan
yaitu:
1. dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,
2. dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
berbagai pengetahuan,
3. dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Kreativitas Dalam Kemandirian
Belajar
Dengan
memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana
dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas
merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas
merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
Peran..guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan
bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan
bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.
BAB
III
PENGGUNAAN
TIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
1.
Penggunaan
Media Transparansi
Sebelum mengenal
teknologi infokus , sarana pembelajaran di sekolah ada yang memiliki OHP (Over
Head Proyekto). Media visual ini sangat bermanfaat untuk membantu guru dalam
mendukung tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran.
OHP memiliki beberapa
keunggulan karena antaralain :
1. dapat
memproyeksikan bayangan yang tertulis / tercetak di bahan yang transparan.
2. Memberikan
kesan yang relatif lebih menarik bagi siswa dibandingkan media papan tulis
karena lebih berwarna dan lebih nyata.
3. Dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Penggunaan VCD
Pembelajaran.
Pemberian
Bantuan sarana pembelajaran berupa Televisi dan VCD player untuk beberapa
sekolah juga merupakan tantangan terhadap guru untuk dapat berkreasi dan berinovasi
didalam membuat media pembelajaran.
Media pembelajaran yang dapat didukung
oleh sarana tersebut adalah dengan membuat media VCD pembelajaran dengan format
movie mpeg, atau movie clip yang dapat kompatible menggunakan VCD media player
Keunggulan media VCD diantaranya :
1.
Materi
pembelajaran dapat disajikan dengan lebih menarik karena memiliki audio dan
visual.
2.
Secara
visual juga lebih atraktif karena gambar dapat bergerak dan bersuara.
3.
Untuk
materi yang bersifat prosedural dapat menggunakan media audio visual.
PEMBUATAN
MEDIA PEMBELAJARAN VCD
ANALISIS
KEBUTUHAN MEDIA PEMBELAJARAN
No.
|
Pokok Bahasan
|
Materi
|
Tujuan Pembelajaran
|
Alternatif Media
|
Media yang dipilih
|
Sket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
Perubahan
Materi
|
Perubahan fisika
Perubahan Kimia
|
1.
Menjelaskan definisi Perubahan Fisika
2.
Menjelaskan definisi Perubahan Kimia
3.
Menjelaskan perbedaan perubahan fisika dan perubahan kimia.
4.
Memberikan contoh perubahan fisika dan perubahan kimia dalam kehidupan
sehari-hari.
|
VCD Praktikum Perubahan zat
Foto – foto : contoh
perubahan zat
Transparansi proses perubahan zat.
|
VCD Praktikum Perubahan zat
|
Disajikan
video praktikum
Skenario dalam video :
Siswa secara berkelompok melakukan praktek untuk mengetahui konsep perubahan
fisika dan perubahan kimia dengan langkah kerja sesuai LKS
Proses
praktikum direkam menggunakan video HP
Nokia tipe
E 75
Pembuatan
VCD menggunakan aplikasi Ulead video studio 11
|
4. Penggunaan Visual Basic
pengembangan power point dalam pembelajaran
Powerpoint
sering digunakan sebagai media presentasi dalam pembelajaran. Pengembangan
powerpoint menggunakan visual basic dapat menambah presentasi dalam
pembelajaran lebih menarik.
Menggunakan
bahasa pemograman yang sederhana dengan visual basic memberikan keleluasaan
terhadap kita untuk mendesign gambar, movie, dll menjadi lebih interaktif.
ANALISIS KEBUTUHAN MEDIA PEMBELAJARAN
No.
|
Pokok
Bahasan
|
Materi
|
Tujuan Pembelajaran
|
Alternatif Media
|
Media yang dipilih
|
Sket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
1
|
Sistem
Pernapasan Manusia
|
Sistem
Pernapasan Manusia
|
Melalui
Diskusi informasi Peserta didik dapat :
·
mendeskripsikan organ saluran sistem pernapasan pada
manusia
·
menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi dalam
pernapasan
·
menjelaskan penyakit/ kelainan yang berhubungan dengan pernapasan
|
Gambar
Organ saluran pernapasan manusia
Model
paru-paru
Diagram
proses respirasi
Media
pembelajaran interaktif sistem pernapasan
|
Media
pembelajaran interaktif sistem pernapasan
|
Membuat
media pembelajaran interaktif sistem pernapasan :
Siapkan
konten berupa SK, KD, indikator, gambar organ s. Pernapasan, anipasi proses
pernapasan, materi flas dari e-dukasi .net.id , movie youtube tentang sistem
pernapasan, dan pertanyaan evaluasi s. Pernapasan disimpan dalam satu folder.
Instal
program ispiring, visual basic, conversi movie dll.
|
PROSES PEMBUATAN MEDIA INTERAKTIF
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
Pembuatan media interaktif diperlukan beberapa aplikasi
program pendukung yaitu :
1. Microsoft office power point 2007
2. visual basic
3. iSpring suite
4. xilisolf video converter
5. flash player 10
Langkah- langkahnya :
Menyiapkan konten isi yang akan kita tampilkan dalam
pembelajaran interaktif seperti :
1. Standar kompetensi : Memahami berbagai sistem dalam
kehidupan manusia
2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan
3. Indikator :
•
Membandingkan
macam organ penyusun sistem pernapasan pada manusia.
•
Membandingkan
proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan.
·
Mendata
contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dan upaya mengatasinya.
4. Materi : Gambar ( saluran pernapasan ) diambil dari www.google.co.id kemudian dibuat gambar
interaktif menggunakan program visual basic
5. Materi animasi flash diambil dari e-ducasi.net.id
6. movie proses respirasi di ambil dari youtube yang kemudian
dikonversi formatnya menjadi : swf menggunakan program xilisolf video
converter.
7. kelainan / penyakit sistem respirasi diambil dari e-dukasi.net.id
(format :swf)
8. So`al evaluasi yang dibuat dari program iSpring suite
Membuat Gambar interaktif
Memasukkan gambar/ image yang
akan di modifikasi menjadi gambar interaktif
(contohnya gambar saluran
pernapasan).
Ada beberapa cara memasukkan
gambar ke lembar kerja power point.
1.
Memasukkan file gambar yang sudah disimpan di laptop
Klik menu insert ---- picture from file ---- pilih file
---- insert
2.
Mengkopy dari google image (bila
sudah terkoneksi dengan jaringan internet )
Langkah-langkahnya :
·
Jalankan program web browser
seperti Mozilla Firefox / Google chrome / internet explore
·
Tuliskan alamat website https://www.google.co.id/ enter
·
Pilih image
·
Tuliskan kategori objek yang akan
dicari di menu search kemudian enter
·
Pilih image pada menu google
4.
Penggunaan Blog Sebagai media pembelajaran.
Blog dapat digunakan sebagai media
dalam pembelajaran. Blog dapat diisi dengan materi pelajaran, soal untuk
mengevaluasi materi pelajaran, Lembar Kerja, tempat diskusi dan lain-lain. Blog dapat dioptimalkan oleh guru dalam
membuat media pembelajaran.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah tentang salah satu bagian dari peningkatan
keprofesian guru yang berbasis teknologi, informasi dan komunikasi ini
mudah-mudahan dapat Meningkatkan Kompetensi profesional guru .
B. Rekomendasi
1. Peningkatan
keprofesian guru melalui Pendekatan Proses Pembelajaran IPA yang Berbasis teknologi,
informasi dan akan lebih meningkatkan Kompetensi Guru di Indramayu” perlu ditunjang dengan bantuan dana secara kontinyu baik dari Blockgrant
maupun dana yang sejenis.
2. Perlu ada dukungan pihak-pihak terkait seperti Dinas
Pendidikan Kabupaten Indramayu, Pengawas Mata Pelajaran, MKKS, dan MGMP dalam mengoptimalkan peningkatan
keprofesian guru IPA SMP, sehingga
kualitas sumber daya manusia (guru) semakin meningkat dan pendidikan di Kabupaten
Indramayu semakin maju.
0 Komentar